Puisi
Semilir angin bawa dendang kedamaian,
pekat mendung tak ubah suasana,
walau mega tak tampak,
jatuh berhambur didedaunan,
terhempas semilirnya
Rintik mulai bergericik,
pada genting-genting tua yang berlumut,
perlahan jiwaku terhempas,
pelan batinku mulai menitik,
sukma berguguran jatuh dan mati,
ruhku melayang pada bayang-bayang gelap yang tertutup awan hitan,
sudah mati
(kebodohanku di asal lahirku)
Puisi Religi
Dari balik bulan ku tatap wajah-MU
dari celah bintang ku coba mengintip-MU,
dari gumpalan awan ku reka cahya-MU,
dari lorong sunyi ku teropong karunia-MU,
dari sepoi angin sejuk ku coba dengar bisik-MU,
dari buturan embun ku bercermin berharap tampak bayang-MU,
tapi semua sia-sia
hanya hampa yang ku rasa,
hanya kelam yang ku lihat,
hanya diriku yang ku temui,
dalam lembah hitam dan pekatnya dosa,
dalam pelukan kehinaan dunia
Tuhan,
bimbinglah aku
menuju ridho-MU
puisi religi 2
Diujung gawang masjid aku bersandar,
menatap kosong ke awan kelam,
rerintik gerimis menyanyi sendu,
desiran angn balut ragaku
dingin,
sedingin rasa dan cinta
sunyi,
sesunyi sukma dn jiwa
ku lamunkan angan
ku sandarkan harapan,
pada gawang masjid
(asa di masjid as-salam solo alam februari)
Puisi
pada tanggal 1-2-12 jam 21-12
aku sandingkan ragaku pada rumah-MU
aku basuh indra dengan wudlu
aku dengungkan jiwaku pada ayat-MU
aku bisikkan ketaatan pada kalbu
oh rob...
begitu hina dan sia-sia semua
karena akal mengotori jiwa dan sukma
betapa rapuhnya takwa dan iman yang aku punya
astagfirulloh
ampuni hamba yang dholim ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
baiknya karya tak terbuat langsung indah, namun saran dan kritik pembaca salah satu faktor penentu keindahan sastra