Tuhan

Tuhan
doaku

Selamat Datang

Semoga anda krasan dan menemukan apa yang anda cari

Minggu, 12 Juni 2011

penggalan cerita tanpa nama

Siang ini teramat panas, dibawah pohon mangga depan rumah aku terus menunggu semilir angin sepoi. Siang ini tak seperti biasa, genting, tanah, dan seserakan dedaunan kering terasa enggan berlagu, mungkin sepanas sinar mentari membakar suasana.
Rumah tua ini adalah ukiran sejarah keluarga besarku yang kini telah sekidit runtuh. Yah! pandanganku tak terusik menatap rumah itu yang sebagian catnya mulai mengelupas akibat masa. Entah kenapa tiba-tiba saja aku teringat masa silam, masa kecil yang penuh kegembiraan, dimana sebebas burung terbang, selincah lari kijang, atau segesit rambatan kelabang. Masa penuh kegembiraan, sekalipun panas siang memeras keringat, aku terus berlari menyusuri kali (sungai), berlompatan menerjang duri-duri walau sakit tapi tak terasa.
Lamunanku terkoyak, sesentak teriakan tetangga memanggil anaknya "Bejo.....Bejo....!" teriakan perempuan setengah baya tetanggaku yang tak lain adalah budeku.
"Kowe ndak lihat Bejo Ndi?" tanyanya padaku.
"Tadi main sama Pendi kesawah De, sepertinya mau nyari jangkrik" jawabku menjelaskan.
Tanpa berkata bude langsung masuk rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

baiknya karya tak terbuat langsung indah, namun saran dan kritik pembaca salah satu faktor penentu keindahan sastra